”Takkan lagi ku pedulikan,
Lantunan irama masa dan nama-nama tahun,
Sementara airmata laut mengering,
Lalu membakar hutan hati”
Cinta takkan berhenti mengalir
sungai,
Takkan menghentikan denyut jantung,
Dimana cinta tanpa dinding,
Dan kata-kata tanpa dinding
Dan mimpi tanpa dinding
Takkan menghentikan denyut jantung,
Dimana cinta tanpa dinding,
Dan kata-kata tanpa dinding
Dan mimpi tanpa dinding
Dalam sejarah mawar, Dalam sejarah
puisi,
Bagaimana aku, mencintaimu dalam segala,
Dalam layu dedaun kuning mengering,
Dalam bening basah tetes bulir hujan,
Cinta mengajariku menampung,
Bagaimana rembulan mengembang duka,
Mengajariku melihat pekat di bibir malam
Bagaimana aku, mencintaimu dalam segala,
Dalam layu dedaun kuning mengering,
Dalam bening basah tetes bulir hujan,
Cinta mengajariku menampung,
Bagaimana rembulan mengembang duka,
Mengajariku melihat pekat di bibir malam
“Ajari aku cinta …”
Menangis tanpa menangis,
Mengajariku bagaimana tidur kesedihan,
Memerikan reranum kata-kata hati,
Seperti kerlip pecahan kristal tua
Menangis tanpa menangis,
Mengajariku bagaimana tidur kesedihan,
Memerikan reranum kata-kata hati,
Seperti kerlip pecahan kristal tua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar