Welcome! سلام

“jika langit adalah
lembaran kertas dan lembayung senja adalah tinta emas,
maka semoga tinta itu akan menuliskan semburat
yang tersembunyi diantara arak-arakan awan kepada langit,
agar dia mampu meng'ejanya








Sabtu, 07 April 2012

Arti Berbagai Nama dan Julukan Sayyidah Fatimah Az-Zahra as


Imam Shadiq AS bersabda: “Beliau dinamakan Fathimah karena
tidak ada keburukan dan kejahatan pada dirinya. Apabila tidak ada Ali AS,
maka sampai hari Kiamat tidak akan ada seorangpun yang sepadan dengannya
(untuk menjadi pasangannya)”.

Para Imam Ahlu-Bayt AS sangat memuliakan pemilik nama Fathimah tersebut.
Salah satu pengikut Imam Jakfar as-Shadiq AS telah dikaruniai seorang
anak perempuan, kemudian beliau bertanya kepadanya:
“Engkau telah memberikan nama apa kepadanya?”. Ia menjawab: “Fathimah”.
Mendengar itu Imam AS bersabda: “Fathimah, salam sejahtera atas Fathimah.
Karena engkau telah menamainya Fathimah maka hati-hatilah.
Jangan sampai engkau memukulnya, mengucapkan perkataan buruk
kepadanya, dan muliakanlah ia.”

Wanita mulia nan agung yang menjadi kekasih Allah dan Rasul-Nya itu
bernama Fathimah. Keagungannya telah dinyatakan oleh manusia termulia
dan makhluk Allah teragung, Muhammad SAW yang segala pernyataannya
tidak mungkin salah. Pada kesempatan ini, kita akan melihat beberapa sebutan mulia
bagi wanita agung tersebut, disamping banyak nama dan sebutan lagi yang
disematkan pada pribadi kekasih Allah dan Rasul-nya itu. Di antaranya ialah;
A-Fathimah

Syaikh Shaduq dalam kitab “I’lall Asy-Syara’i” dan Allamah al-Majlisi
dalam kitab “Bihar al-Anwar” telah menukil riwayat dari
Imam Jakfar bin Muhammad as-Shadiq AS,
bahwasanya beliau bersabda: “Sewaktu Sayidah Fathimah Zahra AS terlahir,
Allah SWT memerintahkan para malaikat untuk turun ke bumi dan
memberitahukan nama ini kepada Rasulullah. Maka Rasulullah SAW
pun memberi nama Fathimah kepadanya.”
(Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 13)

Dari segi bahasa ’fathama’ berarti “anak yang disapih dari susuan”.
Dalam sebuah riwayat dari Imam Muhammad bin Ali al-Baqir AS
telah dinyatakan bahwa, setelah kelahiran Fathimah Zahra AS,
Allah SWT berfirman kepadanya: “Sesungguhnya aku telah menyapihmu
dengan ilmu, dan menyapihmu dari kototan
(Inni fathamtuki bil ilmi wa fathamtuki a’nith thomats)”.

Hal ini seperti seorang bayi sewaktu disapih dari susu
maka ia memerlukan makanan lain sebagai penggantinya.
Dan Sayidah Fathimah Zahra AS setelah disapih,
sedang makanan pertamanya berupa ilmu.”
(Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 13)

Imam Ali bin Musa ar-Ridho AS telah meriwayatkan hadis dari ayahnya,
dimana ayahnya telah meriwayatkan dari para leluhurnya hingga sampai
ke Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda: “Wahai Fathimah,
tahukan engkau kenapa dinamakan Fathimah?”.

Kemudian Imam Ali AS bertanya: “Kenapa wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Karena ia dan pengikutnya akan tercegah dari api neraka”.
(Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 14).
Atau dalam riwayat lain beliau bersabda:
“Karena terlarang api neraka baginya dan para pecintanya”.
( Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 15)

Imam Ali bin Abi Thalib AS bersabda, “Aku telah mendengar Rasulullah bersabda:
“Ia dinamakan Fathimah karena Allah SWT akan menyingkirkan api neraka darinya
dan dari keturunannya. Tentu keturunannya yang meninggal dalam keadaan beriman
dan meyakini segala sesuatu yang diturunkan kepadaku.”
(Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 18-19)

Imam Shadiq AS bersabda: “Beliau dinamakan Fathimah karena
tidak terdapat keburukan dan kejahatan pada dirinya.
Apabila tidak ada Ali AS maka sampai hari Kiamat tidak akan ada
seorangpun yang sepadan dengannya (untuk menjadi pasangannya)”.
(Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 10)

Dalam beberapa sumber telah dijelaskan bahwa nama Fathimah
merupakan nama yang sangat disukai oleh para Maksumin (Ahlu-Bayt) AS.
Para Imam Ahlu-Bayt AS sangat memuliakan pemilik nama tersebut.
Salah satu pengikut Imam Shadiq AS telah dikaruniai seorang anak perempuan,
kemudian beliau bertanya kepadanya: “Engkau telah memberikan nama apa kepadanya?”.
Ia menjawab: “Fathimah”. Mendengar itu Imam AS bersabda:
“Fathimah, salam sejahtera atas Fathimah. Karena engkau telah menamainya Fathimah,
maka hati-hatilah jangan sampai memukulnya, mengucapkan perkataan buruk kepadanya,
dan muliakanlah ia.”

Salah seorang pengikut Imam Shadiq AS berkata:
“Pada suatu hari dengan raut muka sedih, aku telah menghadap Imam Shadiq AS.
Beliau bertanya: “Kenapa engkau bersedih?”. Aku menjawab: anakku yang terlahir
adalah perempuan. Beliau bertanya kembali: “Engkau beri nama apa ia?”.
Aku menjawab: “Fathimah”. Beliau kembali berkata: “Ketahuilah jika engkau telah
menamainya Fathimah, janganlah engkau berkata buruk kepadanya dan janganlah
memukulnya”.”
(Wasa’il as-Syi’ah jilid 15 halaman 200)


B-Zahra

Zahra, artinya ialah “yang bersinar” atau “yang memancarkan cahaya”.
Imam Hasan bin Ali al-Askari (imam ke-11) bersabda: “Salah satu sebab
Sayidah Fathimah dinamai az-Zahra karena tiga kali pada setiap hari beliau akan
memancarkan cahaya bagi Imam Ali AS.”
(Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 11)
Memancarkan cahaya bagaikan matahari pada waktu pagi, siang dan terbenam matahari.

Dalam riwayat lain Imam Shadiq AS bersabda: “Sebab Sayidah Fathimah
dinamakan Zahra karena akan diberikan kepada beliau sebuah bangunan di surga
yang terbuat dari yaqut merah. Dikarenakan kemegahan dan keagungan
bangunan tersebut maka para penghuni surga melihatnya seakan sebuah bintang
di langit yang memancarkan cahaya, dan mereka satu sama lain saling mengatakan
bahwa bangunan megah bercahaya itu dikhususkan untuk Fathimah AS.”

Dalam riwayat lain dikatakan bahwa, orang-orang telah bertanya kepada
Imam Shadiq AS: “Kenapa Fathimah AS dinamakan Zahra?”
Beliau menjawab: “Karena sewaktu beliau berada di mihrab (untuk beribadah)
cahaya memancar darinya untuk para penghuni langit, bagaikan pancaran cahaya
bagi para penghuni bumi.”
(Namha wa Alqaab Hadzrate Fathimah Zahra halaman: 22)


C-Muhaddatsah

Muhaddatsah, artinya ialah “orang yang malaikat berbicara dengannya”.
Telah dijelaskan bahwasanya para malaikat dapat berbicara dengan
selain para nabi atau para rasul. Dan orang-orang selain para nabi dan
rasul itu dapat mendengar suara dan melihat para malaikat.
Sebagaimana dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Allah SWT
telah menjelaskan bahwasanya Mariam bin Imran AS (bunda Maria)
telah melihat malaikat dan berbicara dengannya. Hal ini telah disinyalir
dalam surah al-Imran ayat 42, “Dan (Ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata:
“Hai Maryam, Sesungguhnya Allah Telah memilih kamu, mensucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).”

Dalam sebuah riwayat Imam Shadiq AS bersabda:
“Fathimah dijuluki muhaddatsah karena para malaikat selalu turun kepadanya,
sebagaimana mereka memanggil Mariam AS, berbicara dengannya,
dan mereka mengatakan: “Wahai Fathimah, sesungguhnya Allah SWT telah
memilihmu, mensucikanmu dan memilihmu atas perempuan seluruh alam”.
Para malaikatpun menyampaikan kepada Fathimah Zahra AS tentang hal-hal
yang akan terjadi di masa mendatang, raja-raja yang akan berkuasa,
dan hukum-hukum Allah SWT. Fathimah Zahra AS meminta kepada
Imam Ali AS untuk menulis semua perkara yang telah disampaikan para
malaikat kepadanya. Serta jadilah kumpulan tulisan tersebut dinamakan
dengan mushaf Fathimah”.
(Bihar al-Anwar jilid 43)

Imam Shadiq AS telah berkata kepada Abu Bashir:
“Mushaf Fathimah berada pada kami. Dan tiada yang mengetahui
tentang isi mushaf tersebut….mushaf tersebut berisikan hal-hal yang telah
diwahyukan Allah SWT kepada ibu kami, Fathimah Zahra AS.”
(Bihar al-Anwar jilid 43, Fathimah az-Wiladat to Syahadat halaman 111)


D-Mardhiyah

Mardiyah, artinya ialah “orang yang segala perkataan dan perilakunya telah
diridhoi Allah SWT”. Adapun sebab beliau dijuluki dengan julukan
mardiyah karena bersumber pada beberapa hadis yang telah disampaikan
Rasulullah SAW berkaitan dengan kedudukan Sayidah Fathimah Zahra AS,
dimana beliau telah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT murka atas
murka-mu dan ridho atas keridhoan-mu.”

(Riwayat dengan kandungan seperti ini bisa didapati pada beberapa sumber seperti,
Mustadrak ash-Shahihain jilid 3 halaman 153, Kanzul Ummal jilid 6 halaman 219,
Mizan al-I’tidal jilid 2 halaman 72, Dzakhairu al-‘Uqba halaman 39)

Catatan: Tentunya hadis-hadis Rasulullah tentang Sayidah Fathimah Zahra AS
itu bukanlah berasal dari hawa nafsu dan atas dasar nepotisme seorang ayah
terhadap anaknya. Karena sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an
beliau tidak mengatakan sesuatu berdasarkan hawa nafsu sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an: “ Dan tiadalah yang diucapkannya itu
menurut kemauan hawa nafsunya.” (QS an-Najm:3). Maka hadis-hadis itu sebagai
bukti akan keistimewaan Fathimah Zahra AS dimata Allah dan Rasul-Nya.


E-Siddiqah Kubra

Shiddiqah, artinya ialah “seorang yang sangat jujur”,
orang yang tidak pernah berbohong. Atau orang yang perkataannya
membenarkan prilakunya.
(Lisanul Arab dan Taajul Aruus)

Pada waktu menjelang kepergian (wafat) Rasulullah SAW, beliau berkata
kepada Ali AS: “Aku telah menyampaikan berbagai masalah kepada Fathimah.
Benarkan (percayailah) segala yang disampaikan Fathimah, karena ia sangat jujur.”
(Bihar al-Anwar jilid 22 halaman 490)

Dalam sebuah hadis bahwasanya Ummulmukminin Aisyah berkata:
“Tidak aku dapatkan seseorang yang lebih jujur dari Fathimah, selain ayahnya.”
(Hilyatul Auliya’ jilid 2 halaman 41 dan atau Mustadrak as-Shahihain jilid 3 halaman 16)

Dan kedudukan ini (Shiddiqiin) berada pada tingkatan para nabi, syuhada dan
shalihin sebagaimana yang telah disinyalir al-Qur’an: “Dan barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh, dan mereka Itulah teman
yang sebaik-baiknya.”
(QS An-Nisa : 6)

Rasulullah SAW berkata kepada Imam Ali AS: “Tiga hal berharga telah dihadiahkan
kepadamu, dan tidak seorangpun yang mendapatkannya termasuk aku;
Engkau memiliki mertua seorang rasul, sementara aku tidak memiliki mertua sepertimu.
Engkau memiliki istri yang sangat jujur (shiddiqqah) seperti putriku,
sementara aku tidak memiliki istri sepertinya. Engkau dikaruniai anak-anak
seperti Hasan dan Husein, sementara aku tidak dikaruniai anak-anak seperti mereka.
Namun demikian engkau berasal dariku dan aku berasal darimu.”
(Ar-Riyadhu an-Nadrah jilid 2 halaman 202)


F-Raihanah

Dalam sebuah riwayat berkaitan dengan putrinya, Rasulullah SAW bersabda:
“Fathimah merupakan wewangianku. Ketika aku merindukan bau surga maka aku
akan mencium Fathimah”.
(Bihar al-Anwar jilid 35 halaman 45, dan kandungan hadis semacam ini pun
bisa didapati dalam tafsir Ad-Durrul Mansur Suyuthi)


G-Bathul

Ibnu Atsir dalam karyanya yang berjudul “An-Nihayah” menyatakan:
“Kenapa Fathimah dijuluki Al-Bathul? Karena beliau dari segi keutamaan, agama,
dan kehormatan lebih dari para perempuan yang ada pada zamannya. Atau karena
beliau telah memutuskan hubungannya dengan dunia dan hanyalah mencari
kecintaan Allah SWT.”
(Hadis dengan redaksi semacam ini juga dapat kita jumpai pada kitab-kitab seperti;
Maanil Akhbar hal 54, Ilalu Asy-Syarai’ hal 181, Yanaabi’ al-Mawaddah hal 260)

Dalam kitab “al-Manaqib” pada jilid 3 halaman 133 dijelaskan bahwa
seseorang telah bertanya kepada Rasulullah; “Kenapa seseorang dijuluki al-Bathul?
Beliau menjawab: “Yaitu perempuan yang tidak keluar darinya darah haid.
Sesungguhnya hal itu tidak layak bagi para putri para nabi (lain).”
(Al-Manaqib jilid 3 halaman 133, Al-awalim jilid 6 halaman 16)


H-Rasyidah

Rasyidah, artinya ialah “wanita yang telah dianugrahi petunjuk”, selalu berada dalam
kebenaran dan pemberi petunjuk bagi yang lain. Rasulullah SAW telah memberikan
julukan ini kepada putrinya, Fathimah AS. Dalam sebuah riwayat telah dijelaskan
bahwasanya Imam Ali AS bersabda: “Beberapa saat sebelum kepergian Rasulullah (wafat),
beliau telah memanggilku. Beliau bersabda kepadaku dan Fathimah: “Ini hanutku
(ialah kapur barus yang dioleskan ke anggota sujud seorang jenazah, red)
yang telah dibawakan Jibril dari surga untukku. Beliau telah menitip salam untuk kalian
berdua dan berkata: “Engkau harus membagikan hanut ini, dan ambillah untukmu.
Pada saat itu Fathimah AS berkata: “1/3-nya untuk engkau wahai ayahku.
Sedang sisanya, biarlah Ali sendiri yang memutuskannya”. Mendengar itu Rasulullah
menangis dan memeluk putrinya seraya bersabda: “Engkau adalah wanita yang telah
dianugrahi taufiq (pertolongan khusus) dan rasyidah (petunjuk) yang telah mendapatkan
ilham dari-Nya, dan mendapatkan petunjuk dari-Nya. Pada saat itu pula Rasulullah SAW
bersabda: “Wahai Ali, katakan padaku tentang sisa hanut tersebut”. Aku (Ali) berkata:
“Setengah dari yang tersisa ialah untuk Zahra (Fathimah). Dan berkaitan dengan
sebagian lainnya apa perintahmu, ya Rasulullah?”. Rasulullah SAW bersabda:
“Sisanya untukmu, maka peliharalah.”
(Bihar al-Anwar jilid 22 halaman 492)


I-Haura Insiyah (bidadari berbentuk manusia)

Sebelum Rasul melakukan salah satu mi’rajnya(dari beberapa riwayat disebutkan
Rasulullah tidak melakukan mi’raj sekali saja, bahkan berkali-kali red),
Atas perintah Allah SWT, beliau tidak diperkenankan untuk menemui (mengumpuli)
istrinya selama 40 hari. Dan pada hari terakhir beliau dalam mi’raj-nya
memakan buah-buahan seperti; kurma dan apel yang berasal dari surga.
Seusai beliau memakan buah-buahan yang berasal dari surga itu lantas beliau
menemui (mengumpuli) istrinya Sayidah Khadijah AS. Dan dari nutfah (sperma)
yang berasal dari buah-buahan surga itulah, Sayidah Khadijah AS mengandung
janin Sayidah Fathimah Zahra AS. Oleh karena itu, Sayidah Fathimah Zahra AS
dijuluki ‘haura Insiyah’ (bidadari berbentuk manusia).

(Tafsir Furat Kufi halaman 119, Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 18,
riwayat-riwayat semacam inipun bisa didapati dalam sumber-sumber
Ahlusunah seperti; Ad-Durrul Mansur, Mustadrak Shahihain, Dzakhairu al-Uqbah,
Tarikh Bagdadi dsb)

Haura insiyah, artinya ialah “bidadari yang berbentuk manusia”,
para wanita surga dinamakan bidadari karena putih dan hitam matanya sangat elok
dan menarik sekali. Oleh karena itu, seorang wanita yang memiliki mata yang
sangat elok seperti bidadari, dijuluki bidadari.
(Bihar al-Anwar jilid 43 halaman 5)


J-Thahirah

Thahirah berarti yang “suci atau maksum dari dosa dan kesalahan”.
Hal ini karena beliau telah disucikan dari salah dan dosa,
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 33,
“… Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu,
Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”

Berdasarkan ayat di atas Allah SWT telah mensucikan Ahlu-Bayt Nabi SAW.
Dan salah satu dari Ahlu-Bayt Nabi SAW tersebut adalah Sayidah Fathimah AS.
Ayat di atas diturunkan berkaitan dengan “Ashhabul Kisa” (penghuni kain),
yaitu Rasulullah, Imam Ali, Sayidah Fathimah Zahra, Imam Hasan dan Imam Husein.
Hal ini dapat dirujuk dalam berbagai sumber seperti, Tafsir at-Thabari,
Tafsir Ad-Durrul Mansur, Tarikh al-Bagdadi, Tafsir al-Kasyaf, Usudul Ghabah…

_________________________________


Keutamaan dan Karamah Sy. Fatimah Az-Zahra as.


Allah swt berfirman:

سبْحَانَ الَّذِى أَسرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسجِدِ الْحَرَامِ إِلى الْمَسجِدِ الأَقْصا الَّذِى بَرَكْنَا حَوْلَهُ لِنرِيَهُ مِنْ ءَايَتِنَا إِنَّهُ هُوَ السمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha suci Allah yang memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan padanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra’: 1).

Dalam tafsirnya Ad-Durrul Mantsur ketika menafsirkan ayat ini, Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan
bahwa Aisyah isteri Nabi saw menuturkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Ketika aku diisra’kan (diperjalankan) ke langit, aku diperintahkan masuk ke surga, lalu aku berhenti di sebuah pohon dari pohon-pohon di surga. Aku melihat pohon itu yang paling indah dari semua pohon, daunnya paling putih, buahnya paling harum. Kemudian aku mendapatkan buahnya lalu aku makan.
Buah itu menjadi nuthfah di sulbiku. Setelah aku sampai di bumi aku berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah. Selanjutnya setiap aku merindukan bau surga aku mencium bau Fatimah.”

Hadis Nabi saw tersebut dan yang semakna dengannya terdapat dalam kitab:
1. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3 halaman 156, kitab ma’rifah Ash-Shahabah, Manaqib Fathimah.
2. Dzakhair Al-‘Uqba, halaman 36 dan 44, bab Fadhail Fathimah.
3. Tarikh Baghdad, Khathib Al-Baghdadi, jilid 5 halaman 87; jilid 12 halaman 331, hadis ke 6772.
4. Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu hajar, halaman 96. Ibnu Hajar mengatakan bahwa An-Nasa’i
juga meriwayatkan hadis ini.

Fatimah Az-Zahra’ (sa) berbicara dalam kandungan Ibunya
Dalam kitab Dzakhair Al-‘Uqba, halaman 44 disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Jibril datang kepadaku dengan membawa buah apel dari surga, kemudian aku memakannya lalu berhubungan dengan Khadijah kemudian ia mengandung Fatimah.” Khadijah berkata: Aku hamil dengan kandungan yang ringan. Ketika engkau keluar rumah janin dalam kandunganku ngajak bicara denganku. Ketika aku akan melahirkan janinku aku mengirim utusan pada perempuan-perempuan Quraisy agar membatuku untuk melahirkan janinku, tapi mereka tidak mau datang bahkan mereka berkata: Kami tidak akan datang untuk menolong isteri Muhammad. Ketika itulah datang empat perempuan yang berwajah cantik dan bercahaya, salah dari mereka berkata: Aku adalah ibumu Hawa’; yang satu lagi berkata: Aku adalah Asiyah binti Muzahim; yang lain berkata: Aku adalah Kultsum saudara Musa; dan yang lain lagi berkata: Aku adalah Maryam binti Imran ibunda Isa. Kami datang untuk menolong urusanmu ini. Kemudian Khadijah berkata: Maka lahirlah janinku dalam kedaan sujud dan dengan jari-jarinya terangkat (seperti orang berdoa).
Fatimah Az-Zahra’ (sa) menyerupai Nabi saw
Shahih At-Tirmidzi, jilid 2 halaman 319, bab keutamaan Fathimah:
Aisyah Ummul mukminin berkata: Aku tidak melihat seorangpun yang paling menyerupai Rasulullah saw dalam sikapnya, berdiri dan duduknya kecuali Fatimah binti Rasulillah saw. Selanjutnya Aisyah berkata: Jika Fatimah datang kepada Nabi saw, beliau berdiri menyambut kedatangannya, dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya. Demikian juga jika Nabi saw datang kepadanya ia berdiri menyambut kedatangan beliau dan mempersilahkan duduk di tempat duduknya…
Pernyataan Siti Aisyah ini dan yang semakna juga terdapat dalam kitab:
1. Shahih Bukhari, bab Qiyam Ar-Rajul liakhihi, hadis ke 947.
2. Shahih Muslim, kitab Fadhil Ash-Shahabah, bab Fadhail Fathimah.
3. Fathul Bari Al-Asqalani, jilid 9 halaman 200, kitab Al-Maghazi, bab maradh An-Nabiyyi saw.
4. Sunan Abu Dawud, jilid 33, halaman 223, hadis ke 5217.
5. Mustadrak Shahihayn Al-Hakim, jilid 4 halaman 272, kitab Adab.
6. Mustadrak Ash-Shahihayn, jilid 3 halaman 154.
7. Al-Isti’ab, jilid 2 halaman 751, kitab An-Nisa’.
8. Sunan Al-Kubra, jilid 7 halaman 101, kitab nikah, hadis ke 13578.
9. Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 3 halaman 164, hadis ke 12263; jilid 6 halaman 282,
hadis ke 25874.
10. Kanzul Ummal, jilid 7 halaman 111, hadis ke 37729.
11. Faidh Al-Qadir Al-Mannawi, jilid 5 halaman 176, hadis ke 6847.
12. Usdul Ghabah Ibnu Atsir, jilid 5 halaman 522, hadis ke 7175.
13. Majma’ Az-Zawaid Al-Haytsimi, jilid 8 halaman 42, kitab Adab, bab mencium anak.
14. Dzakhir Al-Uqba, Muhibuddin Ath-Thabari, halaman 36.
Nabi saw memberikan tanah Fadak kepada Fatimah Az-Zahra’ (sa)
Allah swt berfirman:
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ
“Berikan kepada keluarga terdekat haknya.” (Al-Isra’: 26)
Dalam Ad-Durrul Mantsur, ketika menafsirkan ayat ini Jalaluddin As-Suyuthi berkata:
Al-Bazzar, Abu Ya’la, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan bahwa
Abu Said Al-Khudri berkata: Ketika ayat ini turun Rasulullah saw memanggil Fatimah (sa)
kemudian memberikan tanah Fadak kepadanya.
Pernyataan ini juga terdapat dalam kitab:
1. Majma’ Az-Zawaid Al-Haytsimi, jilid 7 halaman 49, tentang tafsir ayat ini.
2. Mizan Al-I’tidal, Adz-Dzahabi, jilid 2 halaman 228, hadis ke 5872.
3. Kanzul Ummal, jilid 2 halaman 158, hadis ke 8696.

Fatimah Az-Zahra’ (sa) penghulu semua perempuan
Dalam Shahih Bukhari, kitab Awal penciptaan, bab tanda-tanda kenabian dalam Islam:
Aisyah berkata: Fatimah (sa) datang kepada Nabi saw dengan berjalan seperti jalannya Nabi saw. Kemudian Nabi saw mengucapkan: “Selamat datang duhai puteriku.” Kemudian beliau mempersilahkan duduk di sebelah kanan atau kirinya kemudian beliau berbisik kepadanya lalu Fatimah menangis.
Kemudian Nabi saw bersabda kepadanya: “Mengapa kamu menangis?”
Kemudian Nabi saw berbisik lagi kepadanya. Lalu ia tertawa dan berkata:
Aku tidak pernah merasakan bahagia yang paling dekat dengan kesedihan seperti hari ini.
Lalu aku (Aisyah) bertanya kepada Fatimah tentang apa yang dikatakan oleh Nabi saw.
Fatimah menjawab: Aku tidak akan menceritakan rahasia Rasulullah saw sehingga beliau wafat.
Aku bertanya lagi kepadanya, lalu ia berkata: (Nabi saw berbisik kepadaku):
“Jibril berbisik kepadaku, Al-Qur’an akan menampakkan padaku setiap setahun sekali,
dan ia akan menampakkan padaku tahun ini dua kali, aku tidak melihatnya kecuali
datangnya ajalku, dan engkau adalah orang pertama dari Ahlul baitku yang menyusulku.”
Lalu Fatimah menangis. Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Tidakkah kamu ridha menjadi
penghulu semua perempuan ahli surga atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman?
Kemudian Fatimah tertawa.

Hadis ini, dan perkataan Fatimah dan Aisyah tersebut serta yang semakna dengannya
terdapat dalam kitab:
1. Musnad Ahmad bin Hambal, jilid 6 halaman 282, hadis ke 25874.
Dalam hadis ini Rasulullah saw bersabda: “Sayyidatu nisâi hadzihil ummah aw nisâil mu’minîn”
(Penghulu semua perempuan ummat ini, atau penghulu semua isteri orang-orang yang beriman).
Juga dalam jilid 5 halaman 391, hadis 22818.
2. Ath-Thabaqat, Ibnu Sa’d, jilid 2 halaman 40. dalam hadis ini Rasulullah saw bersabda:
“Sayyidatu nisâi hadzihil ummah aw nisâil ‘alamin (penghulu semua perempuan alam semesta).
3. Usdul Ghabah, Ibnu Atsir, jilid 5 halaman 522, hadis ke 7175.
4. Al-Khashaish An-Nasa’i, halaman 34.
5. Hilyatul Awliya’, Abu Na’im, jilid 1 halaman 29.
6. Shahih At-Tirmidzi, jilid 2 halaman 306, hadis ke 3781.
7. Mustadrak Shahihayn, Al-hakim, jilid 3 halaman 151.
8. Kanzul Ummal, jilid 6 halaman 221, hadis ke 37732. Diriwayatkan oleh
Ath-Thabrani dan Ibnu Nujjar dari Abu Hurairah.
9. Dzakair Al-Uqba, halaman 44.
10. Ad-Durrul Mantsur, tentang tafsir surat Ali-Imran: 42.
11. Usdul Ghabah, jilid 5 halaman 437, hadis ke 6867.
12. Al-Ishabah, Ibnu hajar, jilid 8 halaman 158, hadis ke 830.
13. Majma’ Az-Zawaid, jilid 9 halaman 223.
14. Fathul Bari, jilid 7 halaman 258, bersumber dari Abu Hurairah.
Halaman 282 bersumber dari Abu Said Al-Khudri. Dari Ibnu Abbas bahwa
Rasulullah saw bersabda: “Perempuan ahli surga yang paling utama adalah Khadijah,
Fatimah, Maryam dan Asiyah.”
15. Al-Ist’ab, Ibnu Abd Al-Birr, jilid 2 halaman 720 dan 750
(catatan pinggir Al-Ishabah: kitab An-Nisa’).
16. Tarikh Al-Khathib Al-baghdadi, jilid 4 halaman 391, hadis ke 3636 dan 5008.
17. Faidh Al-Qadhir Al-Mannawi, jilid 3 halaman 432, hadis ke 3883.
18. Tafsir Ath-Thabari, jilid 3 halaman 180

Sebagian Karamah Fatimah Az-Zahra’ (sa)
Allah swt berfirman:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسنٍ وَ أَنبَتَهَا نَبَاتاً حَسناً وَ كَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَاب وَجَدَ عِندَهَا رِزْقاً قَالَ يَمَرْيَمُ أَنى لَكِ هَذَا قَالَت هُوَ مِنْ عِندِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَن يَشاءُ بِغَيرِ حِسابٍ
“Maka Tuhannya menerimanya dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setip Zakariya masuk untuk menemui Maryam di Mihrabnya, ia dapati makanan di sisi-Nya. Zakariya berkata: ‘Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini?’ Maryam menjawab: ‘Makanan itu dari Allah.’ Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa yang dihendaki tanpa perhitungan.” (Ali-Imran: 37).
Dalam tafsirnya Al-Kasysyafnya ketika menjelaskan ayat ini, Az-Zamakhsyari berkata:
Jabir Al-Anshari berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Aku pernah beberapa hari tidak makan sedikit pun makanan sehingga tubuhku terasa lemas.
” Kemudian beliau mendatangi isteri-isterinya dan tidak mendapatkan sesuatu pun di rumah mereka.
Lalu beliau mendatangi Fatimah dan bersabda: “Wahai puteriku, apakah kamu punya makanan
untukku, aku lapar?” Fatimah menjawab: Demi Allah, demi ayahku dan ibuku, aku tidak punya makanan.
Ketika Rasulullah saw keluar dari rumah Fatimah, ada seorang perempuan mengirimkan dua potong
roti dan sepotong daging, lalu ia mengambilnya dan meletakkannya dalam mangkok yang besar dan menutupinya.
Fatimah berkata: Sungguh makanan ini akan aku istimewakan untuk Rasulullah saw daripada untuk diriku dan orang-orang yang ada di sisiku. Padahal mereka juga membutuhkan sesuap makanan. Kemudian aku mengutus Al-Hasan dan Al-Husein kepada kakeknya Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw datang kepadaku.
Aku berkata kepada beliau: Ya Rasulallah, demi ayahku dan ibuku, Allah telah mengkaruniakan kepada kami sesuatu, lalu aku menyimpannya untuk kupersembahkan padamu.
Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Fatimah berkata: Ada seseorang mengantarkan makanan padaku, lalu aku meletakkan dalam mangkok besar dan aku menutupinya, maka saat itulah dalam mangkok itu penuh dengan roti dan daging. Ketika aku melihatnya aku heran dan aku tahu bahwa itu adalah keberkahan dari Allah, lalu aku memuji Allah swt dan bershalawat kepada Nabi-Nya. Kemudian Rasulullah saw bertanya: “Dari mana makanan ini wahai puteriku?” Fatimah menjawab: Makanan ini dari sisi Allah, sesungguhnya Allah mengkaruniakan rizki kepada orang yang dikehendaki-Nya dari arah yang tak terduga. Kemudian Rasulullah saw mengutus seseorang pada Ali (sa) lalu ia datang. Kemudian Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Al-Hasan, Al-Husein (sa) dan semua isteri Nabi saw makan dari makanan itu sehingga mereka merasa kenyang, dan makanan itu tetap penuh dalam mangkok itu. Fatimah berkata: aku juga mengantarkan makanan itu pada semua tetanggaku, Allah menjadikan dalam makanan itu keberkahan dan kebaikan yang panjang waktunya. Asalnya makanan dalam mangkok itu hanya dua potong roti dan sepotong daging, adapun selebihnya adalah keberkahan dari Allah swt.
Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda kepada Fatimah dan Ali:
“Segala puji bagi Allah yang tidak mengeluarkan kalian berdua dari dunia sehingga Allah menjadikan
bagimu (Ali) apa yang telah terjadi pada Zakariya, dan menjadikan bagimu wahai Fatimah apa yang telah terjadi pada Maryam. Yaitu, “Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrabnya, ia dapati makanan di sisinya.” (Ali-Imran: 37).
Hadis ini dan yang semakna juga terdapat dalam kitab:
1. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, tentang ayat ini.
2. Qishashul Anbiya’, halaman 513.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar