Welcome! سلام

“jika langit adalah
lembaran kertas dan lembayung senja adalah tinta emas,
maka semoga tinta itu akan menuliskan semburat
yang tersembunyi diantara arak-arakan awan kepada langit,
agar dia mampu meng'ejanya








Minggu, 08 April 2012

"LEGENDA NISAN BERLUMUR DARAH" CERITA RAKYAT MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN"


۞*•بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ •*۞
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Dahulu kala ada cerita tentang dua kekasih yang mempunyai percintaan yang tragis.
Cerita langkapnya sebagai berikut :

Mashor adalah pemuda yang bertempat tinggal di desa yang sekarang sekitar
Pekauman dan teluk selong. Mashor berasal dari keluarga yang miskin, tetapi
mempunyai pendidikan yang tinggi dan budi akhlaknya tinggi. Dia mempunyai
keahlian membaca Al-Quran yang sangat indah didengar. Mashor sebagai orang
yang tidak mampu ikut bekerja di rumah Fatimah sebagai pembantu.

Fatimah merupakan gadis dari keluarga sangat kaya. Mereka tinggal disebarang
desa Mashor, mungkin sekarang daerah Kampung Melayu. Orang tuanya merupakan
pedagang yang mempunyai hubungan dagang keluar daerah. Terutama daerah Singapura.

Mashor sebagai pembantu mempunyai banyak pekerjaan yang harus dilakukannya
seperti menimba air, memotong kayu, dan lain-lain. Hari demi hari, bulan demi bulan
itu saja yang dilakukannya untuk membiayai hidup dan orang tuanya.
Selama beberapa tahun Mashor bekerja dirumah kaya itu membuat Fatimah secara
tidak sadar jatuh cinta kepadanya begitu juga sebaliknya. Tetapi karena adat yang
menjaga ketat pertemuan antara perawan dengan bujangan membuat hubungan
mereka tidak diketahui oleh keluarga.

Mashor sadar percintaan mereka pasti akan ditentang oleh keluarga Fatimah
yang memegang adat keluarga. Mereka hanya akan menikahkan anak gadisnya
hanya dengan orang yang sederajat dan mempunyai hubungan keluarga bangsawan
dan pasti tentu harus pilihan keluarga. Tetapi Cinta di hati tidak bisa menolaknya.

Tidak lama kemudian hubungan mereka mulai diketahui orang tua Fatimah.
Betapa marahnya orang tua Fatimah mengetahui hal demikian.
Mereka memutuskan untuk menjauhkan Mashor dari Fatimah dengan menugaskan
Mashor menjaga kebun karet dan ladang keluarga Fatimah di seberang sungai.

Kebun karet ini berada jauh dari rumah Fatimah, menujunya hanya bisa dengan
perahu jukung karena melewati sungai yang kecil. Mashor di berikan pondok
kecil untuk berteduh dan melakukan kegiatan sehari-hari. Setiap hari dia bekerja
merawat kebun karet tersebut. Setiap hasil karet hanya orang suruhan keluarga
Fatimah saja yang mengambilnya. Dia tidak diberikan kesempatan untuk
ke rumah sang Majikan.

Fatimah mengetahui kabar Mashor hanya dengan meminta keterangan acil ijah,
pembantu yang sering mengatarkan beras buat Mashor.

Suatu hari ada orang kaya bernama Muhdar yang masih ada hubungan keluarga
dengan Fatimah badatang (melamar) ke rumah Fatimah dengan menggunakan
satu buah kapal yang sangat besar sesuai dengan derajat kekayaan orang tersebut.
Niat Muhdar disambut baik oleh keluarga Fatimah, mereka sepakat untuk mengadakan
perkawinan besar-besaran. Hal ini tidak menjadi beban bagi Muhdar karena kakayaannya.

Fatimah sangat menentang niat orang tuanya yang menjodohkannya dengan Muhdar.
Dia kenal betul perangai Muhdar. Walaupun kaya tetapi dia tidak mempunyai budi
pekerti dan ilmu agama sebaik Mashor. Tetapi dia harus menjalankan dua pilihan
yang sangat berat. Di satu sisi dia mempunyai pilihan dan cinta yang diyakininya
membawa kebahagian di dunia dan di akhirat yaitu hidup bersama Mashor.
Di satu sisi dia harus mengikuti perintah orang tuanya, dia sadar menyakiti hati
orang tua adalah perbuatan yang durhaka. Akhirnya Fatimah pasrah terhadap
perjodohan ini. Perjodohan yang dilandasi oleh harta, hubungan keluarga bukan
oleh Cinta. Mashor yang berada jauh tidak mengetahui perjodohan ini. Semuanya
yang datang ke gubuk Mashor bekerja selalu menutupinya. Mereka tidak ingin
dipecat majikan jika menceritakan hal tersebut.

Akhirnya acara pernikahan di mulai, Muhdar datang dengan beberapa kapal
besar yang membawa mas kawin atau jujuran. Ada kapal yang membawa isi
kamar lengkap, ada kapal yang membawa perhiasan emas dan batu permata,
ada kapal yang membawa pakaian wanita yang sangat indah-indah.
Bagi mereka semua itu hal biasa, karena bisnis dagang keluarga ini
ke Singapura berupa batu permata dan kain. Mereka mempunyai banyak
pelanggan di Singapura. Pada jaman tersebut sungai Martapura digunakan
sebagai jalur perdagangan. Kapal-kapal besar pedagang Martapura sering
berangkat membawa barang dagangan ke Pulau Jawa dan Sumatera hingga
Singapura dan Malaysia. Sesuai dengan jalur perdagangan dunia
antara Malaysia dan pulau Sumatera.

Pada malam harinya ketika semua kelelahan. Muhdar dan Fatimah tidur
di kamar penganten. Belum sempat malam pertama itu terjadi ternyata
rumah Fatimah terbakar akibat api dapur lupa di matikan. Muhdar lari keluar
dengan segera tanpa memperdulikan Fatimah. Api semakin membesar
Fatimah terjebak di dalamnya.

Mashor yang belum tidur melihat dari kejauhan warna merah di langit yang
menadakan kebakaran. Dia yakin kebakaran itu berada di rumah Fatimah.
Tanpa peduli aturan majikannya yang tidak memperbolehkannya mendekati
rumah dia langsung berlari mengambil jukung. Setelah sampai di rumah Fatimah
dia diberitahu bahwa Fatimah terjebak di dalamnya. Dengan kekuatan
Cintanya dia terobos api dan menemukan Fatimah pingsan karena
terlalu banyak menghirup asap. Dia angkat Fatimah melewati api yang besar.
Dengan badannya dia melindungi Fatimah dari api dan kayu rumah yang berjatuhan.
Setelah dia bawa keluar Mashor disambut Muhdar dengan merebut Fatimah dari
pangkuan Mashor. Dengan demikian Mashor akhirnya mengetahui perkawinan tersebut.
Belum sempat dia mendapatkan penjelasan, Mashor pingsan karena terlalu banyak luka
bakar yang dialaminya.

Keluarga Fatimah memerintahkan agar mashor dirawat kembali di gubuknya
tempatnya bekerja. Dan menginginkan agar peristiwa heroic ini jangan
sampai diketahui Fatimah.

Subuh harinya mashor tidak bisa bertahan. Dia meninggal karena luka yang
terlalu parah. Setelah sholat dzuhur dia dimakamkan di daerah perkebunan
karet tersebut. Atau tepatnya sekarang berada di desa Tungkaran. Makam
Mashor sederhana dengan nisan ulin. Untuk mencegah babi hutan kuburannya
juga dipagar bambu. Semuanya berada di pemakaman, baik teman-teman
Mashor maupun keluarga Fatiamah. Tetapi Fatimah tidak mengetahui kematian ini.
Dia masih lemah di kamar rumah Muhdar. Dia masih bertanya di dalam hati
bagaimana dia bisa selamat, suaminya sendiri meninggalkannya saat kebakaran itu
terjadi. Sewaktu malam hari pertanyaan itu di keluarkannya pada acil ijah yang
sejak kecil merawatnya. Acil ijah tahu betul perasaan Fatimah kepada Mashor.
Karena tidak dapat mendustai tuannya yang sejak kecil dia pelihara tersebut akhirnya
dia ceritakan peristiwa kebakaran itu.

Fatimah yang sangat rindu Mashor akhirnya menanyakan keberadaan Mashor.
Dengan sangat hati-hati acil ijah menceritakan kematian Mashor dan memberitahukan
letak kuburannya. Dia berjanji menemani Fatimah besok untuk ziarah ke kuburan
Mashor. Fatimah Sangat terpukul hatinya mengetahui pemuda yang melindungi dan
dicintainya telah tiada. Menangislah Fatimah sejadinya. Setelah semua orang terlelap
tidur, jam 3 subuh tanpa sepengetahuan yang lain Fatimah keluar rumah. Dia tidak
dapat menyimpan perasaan rindu dan dukanya. Tanpa menunggu siang dia bertekad
harus menemukan kekuburan mashor. Dia tidak yakin kekasihnya sudah meninggal
jika tidak menemukan kuburannya langsung. Dia seberangi sungai Martapura dan
berjalan menyisir jalan setapak. Dia masih ingat letak kebun karet keluarganya
ketika ayahnya pernah mengajak sewaktu kecil. Malam itu hari hujan dengan deras
tetapi tidak menyurutkan hati Fatimah, di dalam hatinya hanya ada satu nama Mashor.
Dipikirannya hanya ada satu wajah Mashor pemuda yang sangat mengerti dirinya.
Setelah tiba di kebun karet keluarganya, Fatimah tanpa sadar dan mungkin karena
ilusi yang muncul karena obsesinya bertemu mashor, dia melihat Mashor berdiri
tersenyum kepadanya ditengah rintikan hujan. Tanpa berpikir panjang Fatimah
berlari ingin memeluk tubuh kekasihnya melepaskan segala kerinduannya.
Fatimah menabrak tubuh lelaki itu hingga terjatuh tanpa disadari pagar yang terbuat
dari bambu yang melindungi kuburan Mashor menusuk tubuh
Fatimah tepat di dadanya. Darah mengucur dan menetes di atas kubur Mashor dan
melumuri nisannya. Fatimah meninggal dengan senyum dia yakin menemukan cintanya.

•*´¨`*•.¸ℒℴνℯ¸.•*´¨`*•.¸ℒℴνℯ¸.•*´¨`*•
.¸ℒℴνℯ•♪ღ♪•*´¨*•.¸ ♥♥`*•.¸¸.•*
(¸.•'´*¤* `'•.¸)`*•.¸¸.•*♥♥ ♥♥`*•.¸¸.•*
(¸.•'´*¤* `'•.¸)`*•.¸¸.•*♥♥
───────────────█─█──────
──────████──█──█─█──────
──────█──█──█──█─█──────
──────████──█──█─█──────
─────────███████─█──────
♥♥`*•.¸¸.•*(¸.•'´*¤* `'•.¸)`*•.¸¸.•
*♥♥ ♥♥`*•.¸¸.•*(¸.•'´*¤* `'•.¸)`*•

Tidak ada komentar:

Posting Komentar