Welcome! سلام

“jika langit adalah
lembaran kertas dan lembayung senja adalah tinta emas,
maka semoga tinta itu akan menuliskan semburat
yang tersembunyi diantara arak-arakan awan kepada langit,
agar dia mampu meng'ejanya








Sabtu, 07 April 2012

☀ Ada Apa Di Balik Musibah??? ☀

Musibah dan bencana merupakan bagian dari takdir Allah Yang Maha Bijaksana.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),“Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali
dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka
Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya.”

(QS. at-Taghabun: 11).

Abu Dhabyan berkata:
Dahulu kami duduk-duduk bersama Alqomah, ketika dia membaca ayat ini
"Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan menunjuki hatinya"
dan beliau ditanya tentang maknanya.

Beliau menjawab,
“Orang -yang dimaksud dalam ayat ini- adalah seseorang yang
tertimpa musibah dan mengetahui bahwasanya musibah itu berasal
dari sisi Allah maka dia pun merasa ridha dan pasrah kepada-Nya.”.



Sa’id bin Jubair dan Muqatil bin Hayyan menafsirkan,
“Yaitu -Allah akan menunjuki hatinya- sehingga mampu mengucapkan
istirja’ yaitu Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”
(lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [4/391])

~Hikmah Di Balik Derita…~
Tidaklah kita ragu barang sedikitpun bahwa Allah adalah
Dzat Yang Maha Bijaksana, tidak sedikit pun Allah
menganiaya hamba-Nya.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Benar-benar Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut,
kelaparan, serta kekurangan harta, lenyapnya nyawa, dan sedikitnya
buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.
Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan,
"Sesungguhnya kami ini adalah milik Allah, dan kami juga akan kembali
kepada-Nya. Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan pujian dari Rabb
mereka dan curahan rahmat. Dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk."
(QS. al-Baqarah: 155-157)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada diri seorang hamba maka
Allah akan menyegerakan hukuman baginya di dunia. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan bagi hamba-Nya maka Allah akan menunda hukuman
atas dosanya itu sampai pada hari kiamat nanti hukuman itu baru akan ditunaikan.”
(HR. Tirmidzi, disahihkan al-Albani dalam Shahih al-Jami’ [308]).

Hadits di atas menunjukkan kepada kita bahwa cobaan/musibah
yang menimpa orang-orang yang beriman merupakan salah satu
tanda kebaikan baginya selama hal itu tidak menyebabkan dia
meninggalkan kewajiban atau terjatuh dalam keharaman.

Di sisi lain, semestinya seseorang merasa khawatir atas kenikmatan
dan kesehatan yang selama ini senantiasa dia rasakan. Sebab boleh jadi itu
adalah istidraj/bentuk penundaan hukuman baginya, sementara dia tahu
betapa banyak maksiat yang telah dilakukannya, wal ‘iyadzu billah.

Hadits ini juga menunjukkan wajibnya berprasangka baik kepada Allah
atas segala musibah yang menimpa. Perlu diingat pula bahwa pemberian Allah
kepada seseorang tidak selalu menjadi bukti bahwa Allah meridhainya.
Contohnya, orang yang setiap kali hendak minum khamr (minuman keras, narkotika dsb)
kemudian dia selalu mendapatkan kemudahan untuk mendapatkannya.
Hal itu bukanlah bukti bahwa Allah meridhai hal itu untuknya
(disarikan dari al-Jadid fi Syarhi Kitab at-Tauhid, hal. 275 dengan
sedikit perubahan dan penambahan) Meskipun demikian, seseorang tidak boleh
berdoa kepada Allah agar hukumannya disegerakan di dunia.

Dikisahkan bahwa dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah mengunjungi seorang yang sakit di antara para sahabatnya yang
kondisinya sangat lemah. Nabi bertanya kepadanya,
“Apakah engkau meminta atau berdoa sesuatu kepada Allah sebelum ini?”.
Maka lelaki itu menjawab, “Ya, dahulu saya pernah berdoa;
Ya Allah, hukuman yang akan Kamu berikan kepadaku di akhirat
maka segerakanlah bagiku di dunia.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengatakan,
“Subhanallah! Kamu pasti tidak akan sanggup menanggungnya,
tidakkah sebaiknya kamu berdoa;
Allahumma aatinaa fid dunya hasanah wa fil aakhirati hasanah
wa qinaa ‘adzaaban naar
(Ya Allah, berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari neraka).”
Maka lelaki itu pun berdoa dengannya dan disembuhkan oleh Allah
(HR. Muslim).


~Jangan Salah Sangka!~

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Adapun manusia, apabila Rabbnya menimpakan ujian kepadanya dengan
memuliakan dan mencurahkan nikmat kepadanya maka dia mengatakan,
‘Rabbku telah memuliakanku’. Dan apabila Dia mengujinya dengan membatasi
rezkinya niscaya dia akan mengatakan, ‘Rabbku telah menghinakanku’.
Sekali-kali bukan demikian…”
(QS. al-Fajr : 15-17).

Maknanya adalah:
Tidaklah setiap orang yang Allah berikan kemuliaan dan kenikmatan dunia
kepadanya maka itu berarti Allah mengaruniakan nikmat yang hakiki kepadanya.
Karena sesungguhnya hal itu merupakan cobaan dan ujian dari Allah baginya.

Dan tidaklah setiap orang yang Allah batasi rezkinya -sehingga Allah
jadikan rezkinya sebatas apa yang diperlukannya saja tanpa
ada kelebihan- maka itu artinya Allah sedang menghinakan dirinya.
Namun, sesungguhnya Allah sedang menguji hamba-Nya dengan
nikmat-nikmat sebagaimana halnya Allah ingin mengujinya dengan musibah
(lihat Ijtima’ al-Juyusy al-Islamiyah, hal. 8. Islamspirit.com).

Adakah di antara kita yang mau mengambil pelajaran…?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar